KEDATANGAN BERLUSCONI
Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub
kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio
Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu.
Berlusconi datang pada 1986. Silvio Berlusconi ‘tak perlu berpikir
panjang untuk membeli AC Milan pada 1986. Dia ambisius, dia memiliki
banyak uang, dan dia gila sepak bola. Dia kemudian meretas jalan untuk
mengantar Milan menuju tangga kesuksesan di seri A Liga Italia dan di
Piala Champions Eropa. Jalan yang akhirnya melahirkan julukan The
Dream Team bagi Milan.
THE DREAM TEAM I (Gli Immortali / The Immortals : Yang Abadi)
The Dream Team I dijuluki Gli Immoratali atau The
Immortals karena pemain-pemain Milan pada era Dream Team I itu (era
Arrigo Sacchi) dianggap tidak tergantikan. Mereka akan selalu hidup
dalam benak para Milanisti. Mereka abadi.
The Dream Team I ditandai dengan datangnya Arigo Sachi.
Sacchi memenangkan Serie A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan
memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua
Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua
mengalahkanNational de Medellin (1-0, gol tercipta di babak
perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di
musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción
di 1990.
Langkah awal, Berlusconi mencoba membangun skuad solid di tubuh
Milan. Pelatih Arigo Sachi direkrut untuk meracik strategi tim; duo
Belanda didatangkan: Marco Van Basten dari Ajax Amsterdam dan Ruud
Gullit dari PSV Eindhoven. Duo Belanda tersebut kemudian dipadukan
oleh Sachi dengan pemain-pemain lokal Italia: Giovani Galli, Franco
Baresi, Mauro Tasotti, Alesandro Costacurta, Paolo Maldini, Angelo
Colombo, Carlo Anceloti, Alberigo Evani, dan Roberto Donadoni.
Hasilnya, tanpa menunggu lama, Milan meraih gelar Seri A setahun
berikutnya, yaitu pada musim 1987-1988. Milan meraih posisi puncak
dengan meraih poin tertinggi 45, selisih tiga poin di atas peringkat
dua, Napoli.
Musim berikutnya, 1988-1989, Milan tidak mampu mempertahankan gelar
seri A-nya meskipun mendapat tambahan satu lagi pemain baru asal
Belanda, Frank Rijkard, yang direkrut dari Real Zaragosa. Milan hanya
mampu menduduki peringkat tiga dengan poin 46, selisih 12 poin di
bawah sang juara, Inter Milan, yang diperkuat trio Jerman: Lothar
Matheus, Juergen Klinsman, dan Andreas Brehme. Namun, di Piala
Champions, Milan berhasil tampil maksimal sebagai juara dengan
menghancurkan Steaua Bucharest yang diperkuat George Hagi, 4-0 tanpa
balas. Gol dicetak oleh Gullit dan Van Basten, masing-masing dua gol.
Gelar Piala Champions kembali dipertahankan Milan di musim
berikutnya, 1989-1990, setelah mengalahkan Benfica di partai final
melalui gol tunggal Rijkard. Gelar Piala Super Eropa dan Piala Toyota
juga berhasil diraih dengan mengalahkan Barcelona 2-1 agregat dan
Atletico Nacional 1-0. Namun, di Seri A, Milan kembali gagal menjadi
juara setelah hanya menduduki peringkat dua dengan poin 49, selisih
dua poin di bawah sang juara, Napoli, yang diperkuat Diego Armando
Maradona dan Ciro Ferrara.
Selebrasi Juara Piala Champions 1989
Selebrasi saat juara Piala Champion 1990
Musim 1990-1991, Milan kembali gagal menjuarai seri A setelah
lagi-lagi berada di peringkat dua dengan poin 46, selisih lima poin di
bawah Sampdoria.
Begitu juga dengan Piala Champions, Milan gagal mempertahankannya
setelah kalah dari Marseile di perempat final dengan skor 1-4
agregat.
Namun, Milan berhasil mempertahankan Piala Super Eropa dan Piala
Toyota setelah mengalahkan Sampdoria 3-1 agregat dan Olimpia 3-0. Di
musim ini juga, Milan menjual dua pemain emasnya, yaitu Angelo Colombo
ke Bari dan kiper Giovani Galli ke Napoli. Untuk mengganti kiper,
Milan merekrut Sebastiano Rossi dari Cessena. Musim ini menjadi akhir
kejayaan bagi The Dream Team I.
Skuad The Dream Team I
The Dream Team I
Skuad Inti The Dream Team I, pelatih: Arigo Sachi; kiper: Giovani
Galli; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro Tasotti, Paolo
Maldini; gelandang: Frank Rijkard, Angelo Colombo/Alberigo Evani,
Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti; striker: Marco Van Basten, Ruud
Gullit.
Prestasi: juara Seri A 1987-1988, Piala Super Italia 1988, Piala
Champions 1989 dan 1990, Piala Super Eropa 1990 dan 1991, Piala Toyota
1990 dan 1991.
Skuad The Dream Team I mampu membawa Italia ke Semi Final
Piala Dunia 1990 di Italia. Mereka terhenti setelah kalah adu penalti
dari Argentina yang merupakan juara bertahan.
THE DREAM TEAM II (GLI INVINCIBILI atau THE INVINCIBLES : Yang Tak Terkalahkan)
The Dream Team II dijuluki GLI INVINCIBILI atau THE
INVINCIBLES Karena pemain2 Milan pada era Dream Team II itu (era Fabio
Capello) berhasil merebut scudetto tanpa pernah mengalami kekalahan
satu kali pun. Dan menciptakan rekor Italia dengan 56 giornata tidak
terkalahkan.
Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello
dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya
sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58
pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di
semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin
pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di
gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro
bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah
singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal
Persib Bandung. Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung
Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak
8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savićević ('17)('18),
Gianluigi Lentini('26), Paolo Baldieri ('27)('48)('58), Christian
Antigori ('68), dan Stefano Desideri ('78).
Musim 1991-1992, Milan mengalami masa transisi. Pelatih Sachi
keluar karena berseteru dengan Van Basten; posisinya kemudian
digantikan oleh Fabio Capello. Di musim ini juga turut bergabung
gelandang muda berbakat, Demitrio Albertini, yang direkrut dari
Padova. Hasilnya luar biasa, Milan kembali menjuarai seri A dengan
poin 56, selisih delapan poin di atas peringkat dua, Juventus, yang
diperkuat oleh Roberto Baggio.
Kesuksesan berlanjut ke musim 1992-1993. Milan kembali memuncaki
seri A dengan meraih poin 50, selisih empat poin di atas peringkat
dua, Inter Milan. Namun sayang, kesuksesan tersebut tidak berlanjut ke
Piala Champions setelah Milan dikalahkan Marseille 0-1 di partai
final, partai yang juga membuat Van Basten mendapatkan cedera parah di
bagian engkelnya yang kemudian membuatnya pensiun selamanya dari
sepak bola. Di musim ini, Milan juga banyak merekrut pemain baru: Jean
Piere Papin dari Marseile, Zvonimir Boban dari Bari, Dejan Savisevic
dari Red Star Belgrade, Stefano Eranio dari Genoa, dan Gianluigi
Lentini dari Torino.
Musim selanjutnya, 1993-1994, Milan kembali berbenah menyusul
hengkangnya duo Belanda: Gullit ke Sampdoria dan Rijkard ke Ajax
Amsterdam, plus cedera parah yang diderita Van Basten dan pensiunnya
Carlo Ancelotti, serta semakin tuanya umur beberapa pemain: Mauro
Tasotti dan Roberto Donadoni. Pemain-pemain baru pun direkrut: Marcel
Desaily dari Marseille, Brian Laudrup dari Fiorentina, Cristian
Panucci dari Genoa, dan Florin Radocioui dari Brescia.
Hasilnya mantap, Milan meraih sukses ganda: menjuarai Seri A dan
Piala Champions. Di Seri A, Milan memuncaki klasemen dengan poin 50,
selisih tiga poin di atas peringkat dua, Juventus. Di Piala Champions,
Milan menghancurkan Barcelona yang diperkuat Romario dan Ronald
Koeman, serta dilatih Johan Cruyf, 4-0 tanpa balas. Dua gol dicetak
Massaro, dua gol lainnya dicetak oleh Savicevic dan Desaily. Di musim
ini, Milan juga tampil di Piala Toyota menggantikan Marseille yang
dihukum karena kasus suap, namun Milan kalah dari Sao Paolo 2-3.
Selebrasi saat Juara Serie A 1993-1994
Musim 1994-1995, Milan gagal mempertahankan kesuksesannya. Gelar
Seri A direbut Juventus yang diperkuat Fabrizio Ravanelli, Gianluca
Vialli, Didier Deschamps, dan pemain muda Alesandro Del piero. Di
Piala Champions, Milan dikalahkan Ajax Amsterdam di partai final 0-1
melalui gol tunggal Patrick Kluivert. Di Piala Toyota, Milan juga
kalah 0-2 dari Vales Sarsfield yang diperkuat kiper tangguh Jose Luis
Chilavert. Gelar Piala Super Eropa menjadi gelar satu-satunya setelah
Milan mengalahkan Arsenal 4-1 agregat. Musim ini menjadi akhir
kejayaan dari The Dream Team II.
Skuad The Dream Team II
Skuad inti The Dream Team II, pelatih: Fabio Capello; kiper:
Sebastiano Rossi; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro
Tasotti/Cristian Panucci, Paolo Maldini; gelandang:Marcel Desaily,
Demitrio Albertini, Zvonimir Boban, Roberto Donadoni/Stefano
Eranio;penyerang: Danielle Massaro/Marco Simone, Dejan Savicevic.
Prestasi: Juara Seri A 1991-1992, 1992-1993, dan 1993-1994; juara
Piala Italia 1992, 1993, dan 1994; juara Piala Champions 1994; Runner
Up Piala Champions 1993 dan 1995; juara Piala Super Eropa 1995; Runner
Up Piala Toyota 1994 dan 1995.
Skuad The Dream Team II mampu mengantarkan Italia ke final
Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Sayang mereka kalah -lagi-lagi
lewat adu penalti- dari Brazil yang diperkuat Romario dan Bebeto.
MASA SULIT ERA Tabarez ke Terim1996-1997
Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut
Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya
kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan
awal.
Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez.
Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri
A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro
dengan skor 1-4.
Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe
Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim
1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A 1997-1998
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang
menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain
potensial seperti Kristen Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist,
dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya.
Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini
tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi,
Capello dipecat.
Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan.
Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3.
Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg.
Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3.
Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke
Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro
Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo
Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah,
Oliver Bierhoff.
Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk
mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim
berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko,
Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions
UEFA 1999-2000 ataupun di Seri A.
Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu
dari enam pertandingan (3 seri dan 2 kalah) dan mengakhiri musim
1999-2000 di tempat ke-3.
Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1.
Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan
Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada
waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo
dan Patrick Kluivert.
Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan
sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk
Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 oleh Leeds
United.
Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan
seri 4 kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña
dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat.
Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo Maldini, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik.
Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0
atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano.
Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan
saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor
yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan.
Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi
termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan
satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni.
Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan
mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal
dan tim berakhir di tempat keenam.
Milan memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan
kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang
membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA.
Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari
AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari
Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala(dari
Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan).
Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini,
dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak
berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi
harapan direksi.
THE DREAM TEAM III (I MERAVIGLIOSI atau THE AMAZING : Yang Mengagumkan)
The Dream Team III dijuluki I MERAVIGLIOSI atau THE
AMAZING karena Karena pemain2 Milan pada era Dream Team III itu (era
Carlo Ancelotti) berhasil menampilkan permainan yang memikat di
lapangan. Gaya permainan yang belum pernah disaksikan sebelumnya.
Menyerang ala Brazil, bertahan ala Italia. Permainan yang mengagumkan.
Musim berikutnya, 2002-2003, pemain-pemain baru kembali
didatangkan: Clarence Seedorf dan Andrea Pirlo dari Inter Milan,
Filippo Inzhagi dari Juventus, Serginho dari Cruzeiro Brazil, Fernando
Redondo dari Real Madrid, dan Rivaldo dari Barcelona. Pelatih baru
juga direkrut untuk mengolah strategi tim, yaitu Carlo Ancelotti,
mantan pemain Milan era The Dream Team I.
Hasilnya, Milan berhasil merebut juara Coppa Italia dengan
mengalahkan AS Roma 6-3 agregat dan merebut Piala Champions dengan
mengalahkan Juventus lewat drama adu pinalti 3-2 (0-0).
Ancelotti dan Inzaghi merayakan Juara UCL 2003
Final UCL 2003 : Pemain bergembira setelah mengalahkan Juve
Pemain rayakan kemenangan pada UCL 2003
UCL 2003 : Pemberian Hadiah
Musim 2003-2004, Milan mendatangkan pemain muda asal Sao Paolo
Brazil, Ricardo Kaka. Hasilnya, Milan menjuarai Seri A dan menggeser
dominasi Juventus. Milan memuncaki klasemen dengan poin 72, selisih 6
poin di bawah peringkat dua, AS Roma. Milan juga meraih gelar Piala
Super Eropa dengan mengalahkan FC Porto 1-0. Namun sayang, Milan gagal
meraih Piala Toyota setelah dikalahkan Boca Juniors lewat adu
pinalti. Begitu pula di Piala Champions, geliat Milan hanya sampai
perempat final setelah dikalahkan Deportivo La Coruna, 4-5 agregat.
Musim 2004-2005, Milan mendatangkan Hernan Crespo dari Chelsea. Namun, Milan tetap gagal berprestasi di seri A. Di
Piala Champions, Milan sebenarnya berpeluang besar menjadi juara,
namun akhirnya gagal secara dramatis setelah dikalahkan Liverpoll lewat
adu pinalti 3-1, padahal di babak normal, Milan sudah unggul terlebih
dahulu 3-0, namun dapat disamakan 3-3.
Musim 2005-2006, formasi Milan tidak banyak berubah, hanya tambahan
pemain muda Alberto Gilardino di sektor depan. Hasilnya juga tidak
jauh beda, Milan gagal menjuarai Seri A dan di Piala Champions,
prestasi Milan terhenti di semi final setelah dikalahkan Barcelona 1-0
agregat. Namun, di musim ini, pemain-pemain Milan memberikan
kontribusi bagi Italia untuk meraih gelar Piala Dunia 2006 dengan
mengalahkan Prancis lewat adu pinalti 5-4. Di musim ini juga, Milan
menjual bintangnya Andriy Shevchenko ke Chelsea.
Musim 2006-2007, Milan memulai Seri A dengan poin minus delapan
setelah terlibat kasus Calciopoli. Hasilnya, di akhir musim, Milan
‘tak mampu menjuarai seri A. Di Liga Champions, Milan memulai dari
babak kualifikasi II, tapi Milan mampu menjuarai ajang ini setelah
menghempaskan para wakil Inggris, Manchester United di Semi Final
dengan 5-3 agregat dan Liverpoll di partai final dengan 2-1, sekaligus
sebagai partai balas dendam atas kekalahan menyakitkan di final Piala
Champions 2005.
Musim berikutnya, Milan memulai musim dengan menjuarai Piala Super
Eropa dengan mengalahkan Sevilla 3-1. Kesuksesan berlanjut setelah
Milan menjuarai Piala Toyota dengan mengalahkan Boca Juniors 4-2.
Namun, gelar Piala Champions tidak mampu dipertahankan setelah Milan
tertahan di Perdelapan Final oleh Arsenal dengan 0-2 agregat. Di Seri
A, Milan juga tidak mampu menggeser dominasi Inter Milan. Musim ini
menjadi akhir kejayaanThe Dream Team III.
Skuad The Dream Team III,kiper: Nelson Dida, cristian Abiatti; bek:
Paolo Maldini, Alesandro Nesta, Kakaber Kaladze/Marek Jankulovski,
Serginho/Massimo Oddo; gelandang:Andrea Pirlo/Fernando Redondo, Gennaro
Gattuso/Massimo Ambrossini, Rui Costa/Ricardo Kaka, Clarence
Seedorf/Rivaldo; striker: Filipho Inzaghi/Alberto Gilardino, Andriy
Shevchenko.
Prestasi: juara Seri A 2003-2004, juara Coppa Italia 2004, juara Liga Champions 2003 dan 2007 dan runner up 2005, juara Piala Super Eropa 2003 dan 2007, juara Piala Toyota 2008 dan runner up 2004.
Skuad The Dream Team III mampu membawa italia menjadi juara Piala Dunia 2006 dengan mengalahkan Prancis melalui adu pinalti 5-4.
====================================================================================================
Kini, Milan kembali ingin membangun The Dream Team baru.
Bermaterikan pemain-pemain muda dipadukan dengan pemain-pemain
berkualitas dan berpengalaman. Berikut skuadnya:
Pelatih: Massimiliano Algeri; kiper: Cristian Abiatti, Marco
Amelia, Flavio Roma; bek: Alesandro Nesta, De Sciglio, Tiago Silva,
Mark Yepes, Gianluca Zambrotta, Ignazio Abate, Philippe Mexes, Taye
Taiwo, Luca Antonini, Daniele Bonera; gelandang: Mattia Valoti, Mark
Van Bommel, Massimo Ambrossini, Kevin Prince Boateng, Gennaro Gattuso,
Matheo Flamini, Clarence Seedorf, Antonio Nocerino, Alberto Aquilani,
Urby Emanuelson; striker: Alexander Pato, Robinho, Zlatan
Ibrahimovic, Antonio Cassano, Filippo Inzhagi, Stephan El Shaarawy.
Prestasi: Juara Liga Italia Seri A 2010-2011 dan juara Piala Super Italia 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar